Peperangan yang terjadi di Eropa menyebabkan Belanda mengalami
kelesuan, Kerajaan Belanda pun mengembangkan ilmu pengetahuan,
maka dikirimlah Cornelis Theodorus Elout, dan G.A.G.P. Baron van der
Capellen ke Indonesia dengan Prof. Caspar George Carl Reinwardt selaku
penasehat berkebangsaan Jerman yang berpindah ke Belanda, yang kemudian
pada tahun 1816 diangkat menjadi Direktur Pertanian, Seni, dan
Pendidikan untuk Pulau Jawa.
Reinwardt langsung memulai riset dalam bidang ilmu tumbuh-tumbuhan,
Ia tertarik menyelidiki berbagai tanaman yang digunakan untuk
pengobatan dan menganggap eksplorasi tumbuhan dan masalah pertanian
juga merupakan tugasnya di Hindia Belanda. Kemudian Ia memutuskan
untuk mengumpulkan semua tanaman ini di sebuah kebun botani di
sekitar halaman Istana Bogor yang sebelumnya didiami oleh
Letnan-Gubernur
Thomas Stamford Raffles bersama isterinya Olivia Mariamne Raffles
selama masa peralihan dari Pemerintah Inggris ke Kerajaan Belanda di
Pulau Jawa pada tahun 1811 sampai 1816. Melalui bantuan seorang ahli
botani William Kent, lahan yang awalnya merupakan halaman Istana Bogor
dikembangkan menjadi sebuah kebun yang cantik. Raffles menyulap halaman
istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya
Bogor dalam bentuknya yang sekarang.
Pada tanggal 15 April 1817 Reinwardt mencetuskan gagasan untuk
mendirikan kebun botani kepada Gubernur Jenderal G..G.P. Baron van der
Capellen,
gagasan tersebut kemudian disetujuinya. Akhirnya, tanggal 18 Mei
1817, Gubernur Jenderal G.A.G.P. van der Capellen secara resmi
mendirikan sebuah
Kebun Raya di Kota Bogor, yang saat itu disebut Buitenzorg (dari
bahasa Belanda yang berarti "tidak perlu khawatir"), dengan nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg.
Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di
bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu, yang
pelaksanaannya dipimpin oleh Reinwardt sendiri, dibantu oleh James
Hooper dan W. Kent kurator Kebun Botani Kew yang terkenal di Richmond,
Inggris.
Sekitar 47 hektar tanah di sekitar Istana Bogor dan bekas Samida
dijadikan lahan pertama untuk kebun botani. Reinwardt menjadi pengarah
pertamanya dari 1817
sampai 1822. Kesempatan ini digunakannya untuk mengumpulkan tanaman
dan benih dari bagian lain Nusantara. Dengan segera Bogor menjadi pusat
pengembangan
pertanian dan hortikultura di Indonesia. Pada masa itu diperkirakan
sekitar 900 tanaman hidup ditanam di kebun tersebut. Reinwardt juga
menjadi
perintis di bidang pembuatan herbarium. Ia kemudian dikenal sebagai
seorang pendiri Herbarium Bogoriense.
Pada tahun 1822 Reinwardt kembali ke Belanda dan digantikan oleh Dr.
Carl Ludwig Blume yang melakukan inventarisasi tanaman koleksi yang
tumbuh di kebun. Ia juga menyusun
katalog kebun yang pertama berhasil dicatat sebanyak 912 jenis
(spesies) tanaman. Pelaksanaan pembangunan kebun ini pernah terhenti
karena kekurangan dana tetapi kemudian
dirintis lagi oleh Johannes Elias Teijsmann (1831), seorang ahli
kebun istana Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Dengan dibantu
oleh Justus Karl Hasskarl,
ia melakukan pengaturan penanaman tanaman koleksi dengan
mengelompokkan menurut suku (familia). Ini merupakan sebuah kerja keras
dimana sebagian koleksi Kebun Raya Bogor harus ditanam ulang dan
memindahkan beberapa pohon yang terlalu besar, memberi label merah
untuk menandai tanggal penanamannya yang masih dapat Anda lihat
sekarang. Selama masa jabatannya, Teijsmann berhasil membawa ribuan
spesies tumbuhan ke Kebun Raya Bogor dari perjalanan-perjalanannya ke
berbagai negara. Dan atas jasanya, pihak Kebun Raya Bogor memberikan
penghargaan berupa tugu peringatan di Taman Tijsmann dengan 4 spesies
pohon jati dan verbena dari marga Teijsmaniodendron diambil dari
namanya.
Teijsmann kemudian digantikan oleh Dr. Rudolph Herman Christiaan
Carel Scheffer, pada tahun 1867 ia menjadi direktur dan digantikan oleh
Prof. Dr. Melchior Treub. Setahun kemudian pada tanggal 30
Mei 1868 Kebun Raya Bogor secara resmi terpisah kepengurusannya
dengan halaman Istana Bogor.
Pada mulanya kebun ini hanya akan digunakan sebagai kebun percobaan
bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan di Hindia Belanda. Namun
pada perkembangannya pendirian Kebun Raya Bogor bisa
dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia dan
sebagai wadah bagi ilmuwan terutama bidang botani di Indonesia secara
terorganisasi pada zaman itu (1880 - 1905). Dari sini lahir beberapa
institusi ilmu pengetahuan lain, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842),
Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium
Treub (1884), dan Museum dan Laboratorium Zoologi (1894).
Setelah kemerdekaan, tahun 1949 ‘s Lands Plantentiun te Buitenzorg
berganti nama menjadi Jawatan Penyelidikan Alam, kemudian menjadi
Lembaga
Pusat Penyelidikan Alam (LLPA) untuk pertama kalinya dikelola dan
dipimpin oleh bangsa Indonesia, Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo.
Pada waktu
itu LPPA punya 6 anak lembaga, yaitu Bibliotheca Bogoriensis, Hortus
Botanicus Bogoriensis, Herbarium Bogoriensis, Treub Laboratorium, Musium
Zoologicum Bogoriensis dan Laboratorium Penyelidikan Laut.
Pada tahun 1956 untuk pertamakalinya pimpinan Kebun Raya dipegang
oleh bangsa Indonesia yaitu Sudjana Kassan menggantikan J. Douglas.
Terkait dengan pengembangan koleksi tanaman yang sesuai dengan iklim
di Indonesia, Kebun Raya Bogor membangun beberapa cabang kebun raya
lainnya:
- Kebun Raya Cibodas (Bergtuin te Cibodas, Hortus dan Laboratorium Cibodas) di Jawa Barat. Luasnya 120 hektar berada pada ketinggian 1400 mdpl, didirikan oleh Johannes Elias Teijsmann tahun 1866, mempunyai koleksi tanaman khas dataran tinggi beriklim basah daerah tropis dan sub-tropis. Tahun 1891 Kebun ini dilengkapi dengan Laboratorium untuk Penelitian flora dan fauna.
- Kebun Raya Purwodadi (Hortus Purwodadi) di Jawa Timur. Luasnya 85 hektar berada pada ketinggian 250 mdpl, didirikan oleh Van Sloten tahun 1941, mempunyai koleksi tanaman khas dataran rendah beriklim kering daerah tropis.
- Kebun Raya "Eka Karya" Bedugul-Bali didirikan tahun 1959 oleh Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo. Luasnya 159,4 hektar berada pada ketinggian 1400 mdpl, mempunyai koleksi tanaman khas dataran tinggi beriklim kering.
0 komentar:
Posting Komentar